Catatan Pengamatan : Efek Penguatan Dollar

Selamat malam, terimakasih atas kesediannya untuk mampir dan membaca postingan saya kali ini.

Karena penguatan mata uang dollar terhadap rupiah, banyak negara terguncang. Salah satunya Indonesia, pelan tapi pasti dampak penguatan dollar ini semakin meluas. Mulai dari pribadi, pelaku usaha, hingga negara. Semua berharap rupiah bisa segera menguat, agar Indonesia bisa keluar dari situasi ini.

Apa negara kita saat ini sedang mengalami krisis?. Terlalu dini untuk menyimpulkan. Tapi melihat dampak yang terjadi, seharusnya menyadarkan kita bahwa ketergantungan Indonesia terhadap produk impor saat ini ‘besar’. Ketergantungan terhadap produk impor adalah sesuatu yang sulit dihindari di negara manapun. Karena tidak semua hal bisa diproduksi oleh sebuah negara.

Jika ketergantungan impor tersebut berkaitan dengan pangan, maka dampak ketergantungan akan produk impor bisa berdampak pada seluruh lapisan masyarakat. Tidak mengenal daya beli, semua lapisan masyarakat akan terguncang karena krisis. Inilah dampak yang kemudian akan menjadi bom waktu bagi pemerintah. Saat harga kebutuhan pokok melambung tinggi, masyarakat kemudian menuntut pemerintah untuk mengusahakan kestabilan. Cara tercepat untuk meredam kekacauan yang ada dengan memperbanyak stok, sehingga harga di dalam negeri terjaga. Tapi dari mana asal stok itu?. Impor adalah jalan tercepat yang bisa diraih.

Lalu sampai kapan lingkaran ini akan berputar di lintasan yang sama?. Sampai ada usaha untuk penguatan pangan di dalam negeri.

Asal perubahan dalam negara tidak berimbas pada harga pangan, warga negara ini cenderung cukup bersyukur. Kesyukuran masih bisa makan, adalah contoh sederhana betapa lebih banyak warga negara ini yang tidak muluk-muluk dalam menghadapi kehidupan. Tapi bila ada guncangan yang berkaitan dengan pangan, maka masyarakat manapun mendadak akan menjadi penuntut.

Ambil contoh kenaikan BBM, apa yang sebenarnya menghasilkan keresahan terbesar atas naiknya BBM. Pada akhirnya jawaban akan merujuk pada harga kebutuhan pokok maupun non pokok yang meningkat. Karena produk apapun, skala mikro maupun makro memiliki jalur produksi dan distribusi. Dalam jalur produksi dan distribusi yang cost-nya meningkat, tentu saja akan meningkatkan nilai jual produk. Bukan dari sisi positif yang akan meningkatkan keuntungan produsen, tetapi dari sisi kenaikan harga jual di masyarakat. Hingga harga produk menjadi tidak terjangkau atau terjadi penurunan daya beli. Bukan hanya konsumen yang dirugikan dalam kondisi seperti ini, produsen juga merugi. Produksi tetap jalan, pembiayaan produksi meningkat, sedangkan daya beli menurun.

Penguatan dollar di pasar dunia mengindikasikan, harga produk kebutuhan dunia juga akan meningkat. Kurs yang dipakai untuk harga produk adalah dollar. Saat dollar menguat, maka jumlah rupiah yang dikeluarkan untuk membeli produk yang dipasarkan semakin besar.

Kebutuhan nasional khususnya dalam bidang pangan banyak di gantungkan pada produk impor. Mulai dari beras, kedelai, garam, daging, hingga buah. Semakin tinggi ketergantungan suatu negara terhadap produk impor, maka semakin tinggi guncangan yang dialami saat kondisi seperti ini (penguatan dollar).

Saat ini pemerintah harus memikirkan solusi, tidak hanya untuk jangka pendek. Sekedar untuk meredam gejolak di masyarakat. Pengusaha mikro maupun makro yang bahan bakunya berasal dari impor juga harus berusaha meredam hantaman ekonomi yang terjadi agar terus bertahan dan tidak merugi yang kemungkinan terburuknya tutup dan mengakibatkan PHK massal. Masyarakat juga harus punya strategi untuk bertahan ditengah kenaikan harga kebutuhan.

Dalam upaya penguatan sektor pangan, pemerintah sebagai pemangku kebijakan harus mulai mengambil langkah guna menciptakan kestabilan pangan. Daripada memberi keuntungan jangka panjang ke negara lain yang mendapatkan untung dari efek jangka pendek impor, keuntungan itu lebih baik dikembalikan ke masyarakat. Melalui dukungan terhadap penjaga ketahanan pangan yang sebenarnya di tingkat lokal, yaitu petani. Bagaimana produksi akan meningkat kalau petani tidak didukung?. Petani di Indonesia ini jumlahnya banyak, tapi di level pekerja di areal pertanian tidak ada yang sejahtera.

Lalu bagaimana langkah yang bisa diusahakan untuk mendorong petani meningkatkan produksi dan bersemangat dalam menanam?. Bagaimana petani akan bersemangat bercocok tanam, kalau produk impor lebih diminati sehingga produk lokal menjadi tamu di negeri sendiri. Petani saat ini harus diberi bonus akan usaha mereka membantu menjaga ketahanan nasional dari sektor pangan. Pengawasan dan pengembangan teknologi terpadu akan meningkatkan kwalitas produk. Sehingga harga nya juga akan tetap terjaga. Riset di bidang pangan tiap tahun selalu ada dan meningkat, harapannya pihak akademisi juga tidak hanya sekedar menyentuh level riset pilot plan. Tapi juga aplikatif sebagai problem solver yang nyata di sektor pertanian.

Sebagai individu, kenaikan harga memberikan dorongan untuk lebih jeli dalam pengaturan pos keuangan. Mulai menanam dalam skala kecil, baik sayur-sayuran maupun buah-buahan akan sangat membantu. Diverisfikasi makanan pokok juga akan sangat membantu, kalau biasa mengkonsumsi beras mulailah mencoba untuk mengganti dengan ketela / singkong, ubi rambat, talas, jagung ataupun sagu yang harganya lebih murah dari beras sekaligus mampu memenuhi kebutuhan akan karbohidarat. Jangan lupa, beri dukungan pada petani, beli produk lokal. Tangan kita harusnya saling bepegangan dengan petani, sama-sama menghadapi efek penguatan dollar saat ini.

Semoga bermanfaat.

Semarang, catatan pengamatan seorang mahasiswi teknik kimia.

Ikutan Komentar Yukkk...