Tips Mengatasi Spasme di Area Mata

Tulisan-tulisan saya yang mengangkat topik spasmofilia tidak pernah sepi dari pembaca yang sama-sama mengidap spasmofilia. Sudah lama saya tidak mengangkat topik ini lagi kedalam tulisan saya. Tapi karena banyak pertanyaan yang masuk via blog ini. Saya akan kembali berbagi mengenai spasmofilia.

Kontennya akan saya buat spasifik ‘how to survive with spasticity’. Cara-cara atau upaya yang saya lakukan untuk menghadapi serangan spasmofilia (spasme). Harapannya, nanti akan lebih banyak teman-teman yang ikut sharing di kolom komentar. Siapa tau tips yang di terapkan cocok untuk rekan-rekan yang lain.

Apa yang saya bagikan, bukanlah formula pakem. Melainkan apa yang saya coba dan berhasil ke diri saya. Seems like trial and error mode.

Kali ini, yang pertama akan saya bagikan adalah “Bagaimana mengatasi serangan spasme di mata”.

Pernah merasakan serangan spasme di mata?. Bola mata rasanya sakit sekali. Serangan nya biasanya terjadi saat mata mengalami kelelahan, atau tanpa alasan yang jelas. Tapi tipe serangannya bola mata terasa sakit dan sampai membuat kepala pusing dan jika tipe serangannya cukup kuat kadang membuat mual. Dari mata naik ke kepala, turun ke perut.

Jadi, apa yang bisa diupayakan saat kondisi ini terjadi. Here we go. I’ll share you my personal tips.

1. Jangan panik, ambil posisi nyaman untuk kemudian melakukan tips-tips di bawah ini.

2. Kompres mata. Biasanya saya lakukan dengan menggunakan botol minuman dingin dari kulkas. Saat di kompres rasa nyerinya berkurang. Letakkan botol dingin di atas mata, kondisi mata tertutup. Lakukan berulang-ulang pada mata yang nyeri hingga nyerinya mereda.

3. Bila cara di atas belum berhasil, berikan pijatan di sekitar area mata dengan lembut. Tutup mata dan tekan bola mata pelan-pelan dan lembut. Tujuannya untuk membuat otot-otot di sekitar mata menjadi rileks. Lakukan hingga sakitnya mereda.

4. Bila sakitnya menjalar hingga kepala, berikan juga pijatan pada area kepala. Lakukan dengan sabar. Durasi pemberian pijatan tergantung dari redanya rasa sakit di area mata. Jangan cepat bosan ya, pokoknya tunggu hingga sakitnya mereda. Bila sudah mereda tandanya otot-otot mata sudah kembali rileks.

5. Bila serangan terjadi saat di rumah dan sedang luang, usahakan untuk tidur. Tidur adalah penyembuh terbaik.

6. Bila sakit tidak juga mereda dan merasa kesakitan dan sangat mengganggu, support dengan obat yang diresepkan oleh dokter. Ingat, konsumsi sesuai dosis ya.

Tips-tips yang saya bagikan merupakan tips yang sudah saya praktek kan. Berhasil untuk diri saya, semoga berhasil juga untuk yang lain ya. Saya selalu mencoba jalan non obat. Sejauh ini, saya sudah bisa mengatasi serangan spasme tanpa obat dalam hampir 2 tahun terakhir ini.

Tapi dalam menjalani tips ini harus sabar dan jangan cepat bosan atau putus asa untuk mencoba. Berakhir di obat bukan berarti gagal, tapi belum berhasil. Just keep on try, try, try, and try.

See you at my next spasticity sharing notes. If you have some tips to share about how to solve spasm attack at eyes, please share at comment column below.

Bekasi, 24 Dec 2014 ◎Sunny Day◎

Menembus Batas Spasmofilia : Lari

Assalamu Alaikum, readers…

Lama tidak membuat postingan disini, kali ini saya ingin membuat tulisan mengenai spasmofilia. Sebagai bentuk support kepada teman-teman yang juga menjalani hidup bersama spasmofilia.

Dalam beberapa bulan terakhir saya banyak melakukan hal-hal yang baru. Tidak disangka, justru berdampak positif bagi tubuh dan pikiran. Kualitas hidup terasa meningkat, semangat terus ada.

Salah satu hal yang ingin saya bagikan pada tulisan saya kali ini adalah, “Lari”. Kenapa lari?. Dulu saya sangat anti olahraga, apalagi setelah tau bahwa saya mengalami spasmoflia. Saya membuat kondisi batas untuk diri sendiri. Misal, ga boleh lari, ga boleh lompat, ga boleh ini itu, dll.

Sampai suatu ketika… Dalam 1 minggu saya 3 kali bermimpi berlari. Di dalam mimpi, saat berlari rasanya sangat bebas. Saya merasa bahagia saat jantung saya berdegup, bernafas dengan penuh kelegaan. Akhirnya setelah 3 kali bermimpi, esok hari untuk pertama kalinya di hidup saya, saya memutuskan. Saya benar-benar ingin berolahraga. Bukan karena paksaan guru olahraga, tetapi karena dorongan dari dalam diri saya sendiri.

Di dekat kostan saya ada sebuah taman umum, di lokasi itu ada jogging track, lapangan voli, lapangan bola, dan arena penyewaan mainan untuk anak-anak. Tiap sore hari selalu ramai disana. Tempat itu menjadi salah satu tempat favorit yang rutin saya kunjungi kini.

Dulu, saya malas berolahraga terutama lari, karena saya sering mengalami nyeri otot paha dan kaki setelah berolahraga. Misal, saya memilih berolahraga hari minggu. Besok senin sekujur kaki pasti terasa ngilu. Ini mengganggu, karena keesokan harinya saya harus tetap beraktifitas. Krim pengurang nyeri akhirnya menjadi andalan saat-saat seperti itu, tapi sakitnya akhirnya timbul tenggelam, agak repot juga kalau ngoles krim pereda nyeri terus.

Jadi, ada tips yang ingin saya bagikan untuk teman-teman semua. Terutama bagi yang newbie (dulunya anti olahraga) seperti saya. Sebelum memulai lari pastikan gunakan jam tangan. Ini penting, karena saat berolahraga waktu terasa jadi panjang lho. Udah lari-lari ngos-ngosan (di hati rasanya udah lama) eh, ternyata durasi waktunya masih kurang dari 5menit.

Tips 1. Pastikan durasi olahraga yang dilakukan minimal 30menit

Olahraga selama 30menit dianggap waktu yang ideal untuk mendapatkan manfaat kesehatan bagi tubuh. Diatas durasi 30menit untuk pembakaran lemak. Untuk itu, sebelum memulai lihat jam terlebih dulu.

Tips 2. Lakukan pemanasan

Sebelum memulai lari saya memulai dengan berjalan di area jogging track dan kecepatan jalannya saya tingkatkan terus menerus. 5menit cukup.

Tips 3. Buat target

Setelah pemanasan, buat target berapa kali akan mengelilingi lapangan atau jogging track. Usahakan terus meningkat di olahraga yang berikutnya ya. Tidak perlu buru-buru meningkatkan target putaran lapangan. Yang utama untuk terus dijaga adalah konsistensi untuk berolahraga.

Tips 4. Lari dengan ritme yang teratur sambil mengatur nafas

Menurut saya ini bagian yang paling penting. Kenapa?. Dulu yang saya lakukan saat disuruh berlari, ya berlari dengan kencang aja. Paling maksimal 1 putaran lapangan udah kehabisan tenaga, ga bisa lanjut lagi. Sisanya jalan kaki deh. Padahal lari memutar 1 lapangan waktunya paling maksimal 2menit. Jadi jantung hanya benar-benar dipacu selama 2menit. Sisanya jalan, pulang lemas, dan besoknya nyeri.

Jadi, bukan seberapa cepat. Tapi atur ritme dan nafas sehingga untuk start up 5 kali putaran lapangan menjadi ringan. Seperti jogging, yang dilakukan berlari kecil sehingga tidak langsung kehabisan energi di awal. Jarak tempuh yang bisa dicapai menjadi panjang, selama masa itu jantung juga terus dipacu.

Efek lain dengan berolahraga dengan cara ini, esok hari tetap bisa beraktifitas dengan nyaman tanpa ngilu yang signifikan. Sangat berbeda bila otot dipacu untuk berlari kencang dalam satu waktu. Jadi olahraga setiap hari bisa dilakukan.

Tips 5. Pendinginan

Setelah berlari saya akhiri dengan jalan kaki sampai detak jantung terasa normal. Melakukan gerakan senam tambahan sampai dirasa cukup.

Tips 6. Konsumsi sumber makanan kaya vitamin atau vitamin tambahan setelah berolahraga

Penyerapan sumber vitamin akan maksimal setelah berolahraga, jadi ini penting untuk dijaga. Jika setelah berolahraga disertai dengan minum jus yang kaya akan vitamin C badan akan terasa segar, otot juga tidak lemas. Dikombinasikan dengan vitamin lain juga baik.

Tips 7. Konsistensi

Sehat, selama belum diusahakan rasanya masih gratis. Jika sudah ada masalah dengan hal tersebut tandanya Tuhan meminta komitmen. Komitmen kita untuk mengusahakannya. Jadi, cari motivasi dari dalam diri sendiri. Kalau saya pribadi setelah merasakan efeknya, membuat saya konsisten.

Bagi yang jarang berolahraga, metabolisme tubuhnya tidak sebaik yang sering berolahraga. Dulu di awal, saya perlu berolahraga sekitar 15-20menit terlebih dahulu baru mengeluarkan keringat. Sebelum rutin berolahraga saya memiliki kecenderungan mudah pusing dan lelah. Pusing juga dipicu karena GERD yang saya alami saat itu. Setiap hari saya sempatkan minimal 30menit untuk berolahraga. Minimal 4 kali dalam satu minggu. Lama-lama rasanya kecanduan, tidak segar bila belum berolahraga. Bila hujan, saya mensiasati dengan berlari di tempat selama 30-60menit di kost.

Postingan ini umum, yang membuat ini berkaitan erat dengan spasmofilia adalah ‘lari merupakan pantangan’ (dulu) bagi beberapa teman yang mengidap spasmofilia – Saya yakin, (kini) ‘lari bisa menjadi pendamping dan penyemangat hidup’. Dulu, saya mengalami kesemutan saat menaiki anak tangga. Menaiki satu lantai dengan 30 anak tangga sudah membuat kejang ringan (dulu). Jadi, saat pertama kalinya saya sukses menjalani ini saya menangis girang. Melewati satu kondisi batas yang dulu pernah ada di hidup saya.

Hasilnya setelah rutin berolahraga konsumsi air putih menjadi sangat meningkat. Rasanya mudah haus, sehingga kebutuhan konsumsi air harian terasa mudah dipenuhi, intensitas pusing berkurang signifikan, tidur nyenyak, bonusnya begah di perut (efek GERD) sangat berkurang, setelah rutin berlari 1 bulan untuk pertama kalinya tidak masalah bagi saya makan mie instan (dulu makan ini langsung pusing dan mual berat), badan terasa segar.

Kesehatan itu begitu penting… harus di syukuri. Bagaimana bisa beribadah dengan baik kalau tidak sehat?. Bagaimana bisa berfikir dengan jernih kalau tidak sehat?. Dan bagaimana bisa berbagi kebahagiaan dengan senyum yang tulus kalau tidak sehat?.

 Gambar

Yuk olahraga… kesehatan itu tidak gratis, harus dijaga, harus diusahakan.

Break Limit : Jalan Kaki

Pertengahan bulan puasa kemarin saya melalui sebuah trip yang sangat berkesan. Bermula dari keinginan saya berlibur ke kampung kelahiran Ibu sekaligus ‘nyekar’ ke makam kakek.  Kampung tersebut berbeda pulau dari Kendari. Rute 4 jam ditempuh via kapal feri. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan motor trail selama 2 jam lintas bukit, kampung, kebun, dan hutan. Kalau jalanan saat itu sedang baik, maka perjalanan yang ditempuh bisa lebih cepat 30 menit. Hanya saja saat itu jalanan sedang dalam kondisi rusak parah. Penuh batu dan kontur yang tidak rata. Di Kendari, saat puasa kemarin curah hujannya masih cukup tinggi. Akibatnya tanah menjadi becek, batu-batu yang terbawa air saat hujan ikut menutupi jalan, dan jalan basah yang tetap dilalui tersebut menyisakan kontur tanah yang tidak rata.

Saya tiba di pulau Wawonii pukul 2 siang. Hari itu ombak kencang, saya memutuskan untuk menginap di rumah bibi terlebih dahulu. Sembari menstabilkan kondisi fisik yang mabuk laut. Esok paginya saya langsung melanjutkan perjalanan via motor trail. 2 jam perjalanan menuju kampung Waworope. Saya tiba di lokasi pukul 8.30. Setibanya disana saya langsung menuju ke makam kakek, mengirimkan doa untuk beliau. Setelah itu berkumpul bersama saudara sepupu. Saat berkumpul, saya diajak untuk mencari kerang dilaut. Saat itu air laut sedang surut (istilah daerah : meti), kesempatan bagi anak-anak kecil maupun orang dewasa untuk mencari berbagai jenis kerang laut. Dimulai dari pukul 9 hingga pukul 11 pagi. Saya juga ikut mencari, mengintari garis pantai sekitar 2 jam dengan hasil yang nihil. Mungkin karena masih pengalaman pertama mata saya kurang awas untuk mencari kerang laut di sekitar batu karang.

Salah satu view di dekat pantai

Salah satu view di sekitar pantai

Kemudian adik sepupu saya menyampaikan ada rute jalan ke kebun saat ini sudah diperbaiki. Disana ditemukan dua sumber air yang cantik. Sumber air tersebut pertemuan antara dua jenis air, air laut dan air tawar. Air laut berasal dari pantai saat air pasang dan air tawar berasal dari gunung. Saya pun penasaran ingin kesana, apalagi ada sepupu saya yang masih duduk di kelas 3 SD yang juga penasaran ingin kesana. Sayapun bertanya, apa rutenya dekat?. jawaban sepupu saya ‘ya, dekat kok kak Cia (nama panggilan saya di keluarga), kita jalan kaki saja kesana’.

Maka berangkatlah saya bersama 3 orang adik sepupu saya. 2 perempuan (kelas 1 SMA dan kelas 3 SD) dan 1 laki-laki (Kelas 5 SD). Sepupu saya menyarankan, ‘jalannya tidak usah pakai sendal saja, biar lebih seru’. Saya pun menyanggupi, agak canggung juga awalnya berjalan kaki tanpa alas kaki. Apalagi ternyata rutenya tidak dekat ‘2 Km’ lebih. Ditempuh sekitar 1.5 jam jalan kaki tanpa istirahat. Ini pertama kali nya bagi saya menembus hutan dan kebun yang berbatasan dengan pantai tanpa alas kaki dalam kondisi berpuasa. Adik-adik sepupu saya terlihat santai, inilah kelebihan anak-anak yang hidup di kampung. Fisik mereka kuat.

Akhirnya dengan penuh keringat sampailah juga kami di sumber air tersebut. Sumber air tersebut terbagi dua dipisahkan oleh jembatan kecil yang dibangun warga agar jalan tersebut bisa dilalui. Karena terbagi dua sumber air tersebut dinamakan ‘mata orua’ penamaan dalam bahasa daerah yang artinya mata dua. Airnya berwarna biru benhur, seumur hidup baru pertama kali saya melihat air yang warnanya biru benhur. Air tersebut terjebak di antara baru karang yang dalam dan di kelilingi pohon yang tinggi di sekitarnya. Kami menyaksikan keindahan warna air tersebut dari jembatan sembari duduk sebentar melepas penat, mendapat suplai udara segar dari pohon-pohon di sekitar kami. Kami tidak bisa mencapai airnya, karena jarak dari jembatan dan air tersebut cukup jauh dan sepertinya dalam. Maaf foto tidak bisa saya lampirkan, filenya ketinggalan di rumah =)

Sekitar 10 menit disana kami langsung pulang, kembali berjalan kaki. 3/4 perjalanan saat berjalan pulang saya bertemu dengan paman yang sedang mengangkut batu karang yang sudah dipecah dari hutan. Kami pun menumpang mobil jeep yang dikendarai paman. Perjalanan yang luar biasa, pertama kalinya bagi saya berjalan kaki dengan rute 4 km kondisi berpuasa. Dan ternyata fisik saya sanggup melakukan itu, terimakasih atas kerja sama yang baik diantara kita =).

Walaupun tempurung lutut saya terasa remuk, tapi saya tidak menyesali perjalanan tersebut. Alhamdulillah, saya justru merasa sangat senang, bersyukur dan merasa ini salah satu pencapaian besar dalam hidup saya. Apalagi setelah melewati ujian ‘pembengkakan liver’ beberapa bulan kemarin, ini adalah pengalaman pertama menguji fisik.

Sakit tidak akan menghentikan langkah yang ingin kita tempuh dalam hidup kalau kita tidak mengizinkannya. Saya berbagi cerita ini khususnya untuk rekan sesama spasmofilia. Mari nikmati momen kehidupan yang bisa diraih dalam hidup. Mari secara rutin melatih fisik, saat ini saya berhasil melewati ‘limit’ saya untuk berjalan kaki. Baru 4 km, tapi saya akan berlatih mengusahakan untuk meningkatkan jarak tempuhnya secara bertahap.

Semarang, malam yang sejuk.

Terimakasih Alam

Sekitar pukul 16.30 tadi saya mendadak merasa jenuh. Malas menatap layar komputer atau layar televisi, malas keluar rumah karena nantinya akan bertemu dengan kemacetan lalu lintas yang membuat pikiran semakin kisruh. Dalam 3 hari terakhir saya banyak mengalami konflik dengan diri sendiri. Dan ini bukanlah hal yang baik buat saya ataupun fisik saya.

Sesekali keluarlah dengan tenang karena ingin bercengkrama dengan alam. Rasakan baik-baik bagaimana angin berhembus, burung mengeluarkan irama yang meneduhkan, sinar matahari yang menyegarkan badan, dan warna-warni alam yang menyejukkan mata.

Dan kini, saya punya satu cara lagi untuk melepas kejenuhan, kepenatan, berdiri berlama-lama di tepi sawah, merasakan sinar matahari menembus pori-pori kulit, bernafas sebanyak dan sesegar yang saya inginkan, memandangi langit biru dan gunung yang seakan-akan membiru dari kejauhan, mendengar simfoni alam dengan ketukan yang tepat.

Mungkin wajar bila manusia modern kwalitas kehidupannya menurun. Bagaimana seseorang bisa ‘hidup’ dengan selalu bercengkrama dengan benda mati. Pergerakan hanya bisa disaksikan dengan memandang sesama manusia lain. Dalam kehidupan modern ini hewan-hewan yang hidup di alam bebas perkotaan  juga mengalami tingkat stres yang tinggi, kehilangan rumah dan sumber makanan yang seharusnya. Lahan kosong semakin menghilang berganti dengan bangunan berdinding beton.

Alam juga mengalami stres yang mungkin tak tertanggungkan. Bagaimana tidak, harus mengemban tugas besar di bumi.  Tapi tidak dijaga. Alam adalah rumah bagi tumbuhan, hewan, dan manusia. Alam itu rumah yang selalu siap menanti penghuninya pulang, saling menjaga keseimbangan.

Kalau ada pantai, gunung, hutan, sawah, bukit, ataupun yang lainnya tempatmu bisa merasai bercengkrama dengan elemen-elemen kehidupan di bumi ini, bermainlah kesana. Luangkan sedikit waktu. Penuhi hatimu dengan alam, lalu rasakan apa yang bisa ditemukan disana.

Selamat mencoba =)

Untuk yang hari ini sedang sakit, dimanapun berada, semoga lekas sembuh.

Semarang, ditemani sepotong senja yang cantik.

Spasmofilia : Motivasi Bagi Sesama

Dalam beberapa tahun terakhir sejak saya membuat tulisan mengenai spasmofilia di blog ini. Banyak komentar yang masuk, rata-rata sama-sama pengidap spasmofilia atau keluarganya. Kebanyakan baru memeriksakan diri. Ada yang karena defisiensi kalsium, ada punya karena faktor psikis.

Dalam tulisan saya kali ini, saya akan membahas mengenai spasmofilia karena faktor psikis seperti yang saya alami.

Spamofilia, berarti gangguan pada respon syaraf motorik. Saya sudah lama menghilangkan definisi seperti ini dari kepala saya. Dulu saat searching di google yang keluar kurang lebih definisi yang seperti itu. Saat ini saya lebih suka dengan definisi saya sendiri, yaitu ‘kurang enak badan, karena otot yang tegang’.

Disederhanakan, agar respon tubuh dan otak juga menjadi sederhana dalam menghadapi ini. Ketakutan sering menjadi lebih besar karena pikiran menganggap hal yang dihadapi itu besar. Dalam beberapa bulan terakhir ini saya merasakan revolusi yang besar dalam hidup bersama spasmofilia. Banyaknya pertanyaan yang masuk ke blog saya membuat saya merasa berbagi lagi mengenai spasmofilia menjadi hal yang sangat perlu bagi sesama pengidap spasmofilia.

Sempat terpikirkan, untuk menghapus postingan yang isinya curhat betapa berat menghadapi ini semua. Postingan demikian ibarat memantik ketakutan dan pemikiran negatif. Tapi setelah saya pikir lebih jauh, itulah bagian perjuangan saya dalam menghadapinya hingga mencapai titik ini.

Tiga hari yang lalu saya melakukan sebuah perjalanan nekat. Mengendarai motor Semarang- Kendal – Semarang (PP) dalam waktu tempuh 2.5 jam. Saat itu saya hendak mengantarkan proposal permohonan kerja praktek di sebuah PT pengolahan gas. Setelah mengantarkan proposal, saya langsung pulang ke Semarang. Biasanya bisa ditempuh 2 jam, tapi saat itu sangat macet. Pemilik kendaraan bermotor seperti saya harus berjalan di sepanjang bahu jalan yang berbatu. Atau masuk lagi ke jalan raya sembari masuk di antara truk. Pengalaman yang tidak saya sangka bisa saya alami lagi. 3 tahun yang lalu pengalaman tersebut serasa mustahil. Bagaimana tidak, bangun dari tempat tidur pun tidak bisa. Apa-apa lemas, bahkan semangat hidup tergerus ujian kehidupan.

Perjalanan pergi cukup mulus, belum terasa apa-apa. Saat perjalanan pulang kesabaran di uji. Mendadak tangan saya tegang. Terasa kram sekali, seakan-akan tangan saya membatu. Untuk sekian menit saya merasakan sakit yang cukup menyiksa, agak berlinang air mata sedikit. Serasa mau menyerah dan menepi. Tapi bagaimana mau menepi kondisi saat itu sangat padat, kendaraan dari arah belakang akan membunyikan klakson bila berjalan lambat.

Kemudian saya bernisiatif meregangkan tangan sambil melakukan gerakan yang sekiranya bisa melemaskan otot-otot saya. Alhamdulillah cara ini berhasil, sekitar 30 menit menahan sakit perlahan ketegangan semakin berkurang. Disambi dengan motivasi di dalam diri ‘kalau sebentar lagi pasti akan sampai’. Kemudian saya sampai di kost dengan sukses. Yeayyyy, ini pencapaian.

Kemudian esok hari badan serasa kurang nyaman. Yang saya lakukan beristirahat, sembari mengoleskan minyak angin di area yang tegang. Dan berangsur-angsur kondisi badan saya kembali seperti sedia kala. Tidak ada batas bagi pengidap spasmofilia untuk melakukan kegiatan fisik yang diinginkan, asalkan ‘tidak meragukan kemampuan diri sendiri’.

Lalu bagaiaman bila pemicunya bukan kelelahan, melainkan stres. Perhatikan kondisi fisik saat mengalami stres yang berlebih, biasanya ada anggota tubuh tertentu yang mengalami rasa tegang. Kalau saya pribadi saat stres karena hal tertentu otot-otot kepala dibagian pelipis kiri dan kanan seakan tertarik kebelakang dan membuat saya merasa tidak nyaman. Bila hal ini terjadi saya mengambil posisi tubuh paling nyaman, mengkonsumsi air putih, sembari memijat dengan lembut di area yang tegang. Bila ini belum berhasil saya kembali menggunakan trik minyak angin dan tidur.

Bagi saya pribadi ‘tidur adalah penyembuh yang paling aman dan murah’. Biasanya setelah bangun tidur saya merasa lebih baikan. Sudah kurang lebih 4 bulan terakhir ini saya sama sekali tidak mengkonsumsi obat-obatan. Sekitar 5 bulan yang lalu kondisi fisik saya mendadak menurun, awalnya saya pikir karena tipes. Karena saya rentan mengalami tipes. Ternyata liver mengalami pembengkakan. Kemudian saya beralih ke pengobatan tradisional untuk mengobati liver, lewat konsumsi jamu.

Lewat kejadian bengkak nya liver saya anggap sebagai berkah. Sejak November 2011 yang lalu saya termasuk yang cukup rutin mengkonsumsi diazepam (valium). Di awal diagnosa 6 bulan rutin mengkonsumsi jenis obat tersebut setiap hari. Tentunya sesuai dengan resep dokter. Awal konsumsi saya diberi dosis 0.75mg/ hari. Kemudian dosisnya diturunkan hingga 0.5mg/ hari sebelum saya berhenti total. Dulu saya pikir, saya akan seumur hidup mengkonsumsi obat tersebut. Karena dulu, saya hampir tidak bisa beraktifitas tanpa minum obat. Mungkin karena suggesti bahwa ‘saya bisa tanpa obat’ kurang di dalam diri saya. Setiap ada gejala sakit mendadak saya menjadi parno dan langsung meneguk obat tanpa pikir panjang.

Mungkin ada teman mengkonsumsi jenis obat penenang yang lain semisal xanax (aprazolam). Kebanyakan diberikan resep demikian agar lebih mudah beristirahat dan menekan stres di dalam diri pasien. Tapi kebanyakan malah menjadi ketagihan. Saya sempat menjadi orang yang kebingungan saat rutin mengkonsumsi obat ini, kehilangan fokus, dan sulit mengingat. Salah satu cara bagi saya untuk memberi rangsangan pada otak saya dengan menulis di blog ini.

Banyak tulisan yang dibuat di blog ini dalam kondisi setengah sadar. Entah sambil menahan sakit atau kurang fokus. Gangguan lainnya yang saya alami dan cukup mengganggu adalah kata yang saya ucapkan dan yang saya pikirkan berbeda. Ini seringkali terjadi dan membuat orang yang berkomunikasi dengan saya bingung. Dan sisi yang paling tidak saya sukai saya mendadak jadi sentimentil dan sulit mengontrol diri di saat tertentu. Di satu titik saya merasa saya gila. Sampai kebingungan bagaiamana cara untuk keluar dari kondisi ini?.

Kembali ke liver, sejak liver saya bengkak fokus saya beralih. Yang saya inginkan hanya ingin sembuh dari liver. Rasanya sedih sekali saat tau liver saya bengkak. Awalnya saya sadar, karena kelopak mata saya 1/3nya berwarna sangat kuning. Kemudian saya menemui dokter dan melakukan pemeriksaan darah untuk hepatitis. Ternyata negatif, akhirnya diketahui bahwa liver saya bengkak karena faktor obat.

Ada salah satu jenis obat yang rutin saya konsumsi setiap hari berdampak negatif ke liver. Tapi, karena saya tau pemicunya obat-obatan saat ini saya menjadi selektif dalam mengkonsumsi obat-obatan.

Saya termasuk jenis orang yang sangat menyukai sayur dan air putih, saya sangat bersyukur dua jenis kebiasaan saya dalam mengkonsumsi hal tersebut membantu pemulihan saya. Karena pembengkakan liver itu pula saya bisa benar-benar bersih dari obat dan mencari cara untuk tetap menstabilkan kondisi tubuh.

Jujur, awalnya berat. Apalagi dengan kondisi liver yang bengkak, badan saya ikut membengkak, dan sangat mudah lemas. Dalam beberapa bulan terakhir saya fokus berobat. Kenapa akhirnya saya berbagi pengalaman ini. Karena setiap orang yang diresepkan obat perlu lebih protektif terhadap dirinya sendiri. Bila tidak nyaman dengan obat atau dosis yang diberikan segera konsultasikan, begitu pula penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka waktu lama harus dalam pengawasan. Bila perlu lakukan pengecekan berkala lewat tes darah, atau tes yang lain sesuai kebutuhan.

Yang ingin saya sampaikan saat ini adalah ‘tiap orang bisa menghadapi spasmofilia tanpa obat asalkan yakin dengan diri nya sendiri’. Dan dibalik keyakinan terhadap diri ada kuasa Tuhan yang bekerja disana. Apapun agama anda saat ini, karena saya beragama islam saya sangat meyakini bahwa pertolongan Allah itu dekat, kuasaNya melebihi jangkauan pikiran saya. Dan sampai di titik saya melewati banyak kesakitan, Allah memampukan saya, tidak ada kemampuan kecuali karenaNya.

Tidak bisa saya pungkiri, keyakinan yang besar terhadap Tuhan, kemudian suggesti yang besar terhadap diri yang membimbing saya berada di titik ini. Di titik meresapi kegiatan harian yang bisa dilakukan adalah kebahagiaan. Saat saya mengingat hari-hari dimana saya menghabiskan waktu di tempat tidur karena lemas atau kejang, membuat saya sangat bersyukur atas progress apapun yang bisa saya hasilkan untuk diri saya dan orang-orang di sekitar saya.

Bagi yang saat ini semangatnya sedang menurun, sesekali kunjungilah panti asuhan. Dulu, saya menemukan awal semangat hidup saya disana. Saat menghadapi anak-anak, saya merasakan ikatan batin yang kuat untuk mengabdi disana. Mengajar. Saat itu saya merasa, dalam kondisi seperti ini ‘berguna bagi sesama’ adalah pemantik semangat yang luar biasa. Semakin banyak yang kita bagi, bukan mereka yang semakin diuntungkan. Tapi justru yang berbagilah yang semakin kuat.

Akan selalu ada kekuatan tersembunyi dibalik kelemahan, don’t give up too fast. when still can breathe, there are so many possibility we can reach.

Tetap semangat ya, dimanapun berada. Semoga menginspirasi.

Salam peluk hangat dari Semarang